MAKALAH
HUBUNGAN ILMU DAKWAH DENGAN FILSAFAT
DOSEN PEMBIMBING
OLEH
BENY SETIAWAN
BENY SETIAWAN
STAI AN NADWAH KUALA TUNGKAL
TAHUN AJARARAN 2012 / 2013
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……………………………………………………….
BAB I
A.LATAR BELAKANG …………………………………………………….
B. RUMUSAN MASALAH …………………………………………………
C. TUJUAN ………………………………………………………………….
BAB II
PEMBAHASAN …………………………………………………………. ….
BAB III
KESIMPULAN …………………………………………………………........
SARAN ………………………………………………………………….........
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tukan Yang Maha Esa, karena rahmat dan karunia-NYalah kami dapat menyelesaikan makalah FILSAFAT DAKWAH dengan judul: Hubungan Ilmu Dakwah Dengan Filsafa. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, baik dari segi penulisan, penyusunan kata, maupun penggunaan bahasa. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak guna membuat makalah ini menjadi lebih baik.
Demikian makalah ini kami buat, semoga bermanfaat bagi kami khususnya dan para pembaca pada umumnya. . Semoga Allah SWT selalu Melimpahkan Rahmat dan Redhonya, Amin.
BAB I
A. LATAR BELAKANG
Manusia merupakan makhluk berjiwa, dan kehidupan kejiwaan tersebut
Direfleksikan dalam perilaku; aktivitas manusia. Kekuatan atau kemampuan jiwa manusia dibedakan menjadi dua golongan besar yaitu (dichotomy)
a. Kemampuan manusia menerima stimulus dariluar. Kemampuan ini berhubungan denganpengenalan (kognisi).
B .Kemampuan manusia untuk melahirkan apayang terjadi dalam jiwanya. Kemampuan iniberhubungan dengan motif, kemauan (konasi)
Akan tetapi sebenarnya ada satu hal lagi yaitu bahwa selain manusia mempunyai kemampuan menerima stimulus dari luar dan menyatakan apa yang diinginkan, manusia masih dapat melihat efek atau akibat dari stimulus yang muncul yang terdapat dalam jiwa manusia. Dengan demikian kemampuan jiwa dibedakan atas tiga penggolongan besar, yaitu :
a. Kognisi, yang berhubungan dengan pengalaman.
b. Emosi, yang berhubungan dengan perasaan.
c. Konasi, yang berhubungan dengan motif.
B. RUMUSAN MASALAH
- Apa Yang Di Maksud Dengan Peristiwa – Peristiwa Kejiwaan Pada Manusia ?
- Apa Itu PERSEPSI ?
- Apa Saja Macam – Macam Peristiwa – Peristiwa Kejiwaan Pada Manusia ?
C. TUJUAN
Dalam tujuan pembahasan ini merupakan hal yang sangat penting untuk dijelaskan sebab dengan tujuan pembahasan ini mudah untuk mengetahui beberapa hal yang menjadi pokok permasalahan dalam perumusan masalah diatas, maka tujuan dari pembahasan makalah ini adalah sebagai berikut:
- Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Peristiwa – Peristiwa Kejiwaan Pada Manusia
- Untuk mengetahui Peristiwa – Peristiwa Kejiwaan Pada Manusia
BAB II
PEMBAHASAN
PERISTIWA – PERISTIWA KEJIWAAN PADA MANUSIA
PERISTIWA – PERISTIWA KEJIWAAN
Telah dipaparkan dimuka bahwa manusia merupakan makhluk yang berjiwa, dan kenyataan ini kiranya tidak ada yang membantah, dan kehidupan kejiwaan itu direflesikan dalam prilaku dan aktivitas manusia.
PERSEPSI
Kehidupan individu tidak dapat lepas dari lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosialnya. Sejak individu dilahirkan, sejak itu pula individu secara langsung berhubungan dengan dunia sekitarnya. Mulai saat itu pula individu menerima stimulus dari luar dirinya, dan ini berkaitan dengan persepsi.
PERSEPSI merupakan suatu proses yang didahului oleh proses pengindraan, yaitu yang diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau bisa juga disebut proses sensoris. Namun prose situ tidak berhenti begitu saja, melainkan stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi. Karena itu proses persepsi tidak dapa lepas dari proses penginderaan, proses pengindraan merupakan proses pendahulu dari proses persepsi.
Ada 2 macam persepsi
1. Persepsi terhadap obyek (lingkungn fisik)
Persepsi terhadap lingkungan fisik kadang disebut juga ilusi perceptual, yaitu persepsi yaitu persepsi yang mengecoh alat-alat indera yang selanjutnya akan berdampak pada persepsi kita.
Latar belakang pengalaman, budaya dan suasana psikologis yang berbeda akan membuat persepsi kita berbeda atas suatu obyek.
2. Persepsi terhadap Manusia.
Faktor-faktor yang berperan dalam persepsi
· Objek yang dipersepsi
Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat dating dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari dalam diri individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor. Namun sebagian terbesar stimulus datang dari luar individu.
· Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf
Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. Disamping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk menuruskan stimulus yang diterima reseptor kepusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan syaraf motoris.
· Perhatian
Untuk menyadari alat untuk mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian, yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditunjukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek.
Dari hal-hal tersebut dapat dikemukakan bahwa untuk mengadakan persepsi adanya beberapa factor yang berperan, yang merupakan syarat agar terjadi persepsi, yaitu :
1. Objek atau stimulus yang dipersepsi
2. Alat indera dan syaraf-syaraf serta pusat susunan syaraf, yang merupakan syarat fisiologis
3. Perhatian, yang merupakan syarat psikologis.
Proses terjadinya persepsi
Proses terjadinya persepsi dapat dijelaskan sebagai berikut. Objek menumbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indera atau reseptor.perlu dikemukakan bahwa antara objek dan stimulus itu berbeda, tetapi ada kalanya bahwa antara objek dan stimulus itu menjadi satu, misalnya dalam hal tekanan. Benda sebagai objek langsung mengenai kulit, sehingga akan terasa tekanan tersebut.
Proses stimulus mengenai alat indera merupakan proses kealaman atau proses fisik. Stimulus yang diterima oleh alat indera diteruskan oleh syaraf sensoris ke otak. Proses ini yang disebut sebagai proses fisiologis. Kemudian terjadilah proses diotak sebagai pusat kesadaran sehingga individu menyadari apa yang dilihat, atau apa yang didengar, atau apa yang diraba. Proses yang terjadi dalam otak atau dalam pusat kesadaran inilah yang disebut proses psikologis. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa taraf terakhir dari proses persepsi ialah individu menyadari tentang misalnya apa yang dilihat, apa yang didengar, atau apa yang diraba, yaitu stimulus yang diterima melalui alat indera. Proses ini merupakan proses terakhir dari persepsi dan merupakan persepsi sebenarnya. Respon sebagai akibat dari persepsi dapat diambil individu dalam berbagai macam bentuk.
Factor – factor yang mempengaruhi persepsi
Faktor-faktor yang memengaruhi persepsi bisa terletak dalam diri pembentuk persepsi, dalam diri objek atau target yang diartikan, atau dalam konteks situasi di mana persepsi tersebut dibuat. a.Asumsi Yang Didasarkan Pada Pengalaman Masa Lalu dan Persepsi Persepsi yang dipengaruhi oleh asumsi – asumsi yang didasarkan pada pengalaman masa lalu dikemukakan oleh sekelompok peneliti yang berasal dari Universitas Princenton seperti Adelbert Ames, Jr, Hadley Cantril, Edward Engels, William H. Ittelson dan Adelbert Amer, Jr. Mereka mengemukakan konsep yang disebut dengan pandangan transaksional (transactional view). Konsep ini pada dasarnya menjelaskan bahwa pengamat dan dunia sekitar merupakan partisipan aktif dalam tindakan persepsi. Para pemikir transaksional telah mengembangkan sejumlah bukti yang meyakinkan bahwa persepsi didasarkan pada asumsi. Salah satu yang paling menonjol, yang ditemukan oleh Adelbert Amer, Jr., disebut monocular distorted room. “Ruangan dibangun sedemikian rupa sehingga dinding belakang berbentuk trapesium, dimana jarak vertikal ke atas dan ke bawah pada sisi kiri dinding lebih panjang daripada jarak vertikal ke atas dan ke bawah pada sisi kanan dinding. Dinding belakang terletak pada suatu sudut, sehingga sisi kiri terlihat lebih jauh ke belakang dari pada sisi kanan. Jika seorang pengamat berdiri di depan ruangan dan mengamati melalui sebuah lubang kecil, maka ruangan akan terlihat seperti sebuah ruangan yang benar – benar membentuk empat persegi panjang. Jika dua orang berjalan melalui ruangan dan berdiri pada sudut belakang, maka sesuatu yang menarik akan terjadi. Bagi si pengamat yang melihat melalui sebuah lubang, salah satu orang yang berada di sisi kanan akan terlihat sangat besar karena orang ini berada lebih dekat dengan si pengamat dan memenuhi keseluruhan ruangan antara lantai dan langit – langit. Sedangkan orang yang berada di sisi kiri akan terlihat sangat kecil karena berada jauh dari si pengamat. Ilusi ini terjadi karena pikiran si pengamat mengasumsikan bahwa dinding belakang parallel dengan dinding depan ruangan. Asumsi ini berdasarkan pengalaman terdahulu yang menggunakan ruangan – ruangan lain yang mirip. Ilusi ini akan semakin kuat apabila dua orang yang berada di sudut yang berbeda tersebut saling bertukar tempat, maka salah satu akan terlihat lebih besar dan yang satunya lagi terlihat lebih kecil tepat di depan mata si pengamat ”
Jenis-jenis persepsi
Ø Persepsi visual
Persepsi visual didapatkan dari indera penglihatan. Persepsi ini adalah persepsi yang paling awal berkembang pada bayi, dan mempengaruhi bayi dan balita untuk memahami dunianya. Persepsi visual merupakan topik utama dari bahasan persepsi secara umum, sekaligus persepsi yang biasanya paling sering dibicarakan dalam konteks sehari-hari.
Ø Persepsi auditori
Persepsi auditori didapatkan dari indera pendengaran yaitu telinga.
CONTOH : ketika ada bayi menangis, orang mengatakan ingin digendong, ingin makan, atau ingin buang air kecil.
Ø Persepsi perabaan
CONTOH : orang mengatakan bulu kucing halus, tetapi ada juga yang mengatakan bulu kucing tidak halus.
Ø Persepsi penciuman
CONTOH : banyak orang yang mengatakan bunga mawar wangi, tetaoi ada juga yang tidak.
Ø Persepsi pengecapan
CONTOH : ada yang mengatakan mangga muda manis, tetapi ada juga yang mengatakan asem, bahkan tidak berasa.
Konsisten dalam persepsi
a. Konsistensi bentuk
Pengalaman memberikan pengertian bahwa uang logam itu bulat. Hal tersebut sebagai persepsi, yaitu bahwa uang logam itu bulat, disimpan dalam ingatan seseorang. Kalau seseorang melihat uang logam dalam keadaan miring, maka akan kelihatan bahwa uang logam itu tidak bulat. Namun orang akan selalu berkata -- dan ini sebagai hasil persepsi-- bahwa uang logam itu bulat, sekalipun yang dilihat uang logam pada posisi tidak miring tidak bulat. Ini berarti bahwa hasil persepsi itu tidak semata-mata ditentukan oleh stimulus secara objektif semata, tetapi individu yang mempersepsi ikut aktif dalam hasil persepsi. Inilah yang disebut knsisternsi bentuk dalam persepsi.
b. Konsistensi warna
c. Konsistensi ukuran
Baik dalam konsisten bentuk ,konsisten warna, maupun konsisten ukuran memberikan gambaran bahwa dalam seseorang mempersepsi sesuatu tidak hanya akan ditentukan oleh stimulus secara objektif semata, namun apa yang ada pada diri orang yang bersangkutan akan ikut menentukan hasil persepsi, termasuk pengalaman.
FANTASI (khayalan)
Fantasi adalah kemampuan jiwa untuk membentuk tanggapan-tanggapan atau bayangan-bayangan baru. Dengn kekuatan fantasi manusia dapat melepaskan diri dari keadaan yang dihadapinya dan menjangkau kedepan, kekeadaan-keadaan yang akan mendatang. Fantasi sebagai kemampuan jiwa manusia dapat terjadi :
1. Secara disadari, yaitu apabila individu betul-betul menyadari akan fantasunya. Misalnya seorang pelukis yang sedang menciptakan lukisan dengan kemampuan fantasinya, seorang pemahat yang sedang memahat arca atas dasar daya fantasinya.
2. Secara tidak sadar, yaitu apabila individu tidak secara sadar telah dituntut oleh fantasinya. Keadaan semacam ini banyak dijumpai pada anak-anak. Anak sering mengemukakan hal-hal yang bersifat fantastis, sekalipun tidak ada niat atu maksud dari anak untuk berdusta. Misalnya seorang anak memberikan berita yang tidak sesuai dengan keadaan senyatanya, sekalipun ia tidak ada maksud untuk berbohong. Dalam hal ini anak dengan tidak disadari dituntut oleh fantasinya.
Fantasi memungkinkan kita mengikuti seorang pengarang atau pencerita dalam ceritanya,mersakan apa yang dirasakan pengubah lagu, dan mengikuti apa yang diciptakan, baik oleh seorang seniman maupun oleh seorang cerdik pandai. Dengan demikian dapat kita bedakan antara Fantasi Pencipta dan Fantasi Terpimpin.
§ Fantasi menciptakan atau kreatif adalah bentuk atau jenis fantasi yang mampu menciptakan hal-hal baru. Misalnya seorang seniman berkhayal membuat lagu dan dinyanyikan didepan orang banyak atau anak-anak berhayal bisa membuat pesawat terbang.
§ Fantasi terpimpin adalah bentuk atau jenis fantasi yang dituntut oleh pihak lain. Misalnya seorang yang melihat film, orang ini dapat mengikuti apa yang diihatnya dan dapat berfantasi tentang keadaan atau tempat-tempat lain dengan perantaran film itu, sehingga dengan demikian fantasinya dituntut atau dipimpin oleh film tersebut.
Dilihat dari caranya orang berfantasi, fantasi dapat dapat dibedakan menjadi :
v Fantasi yang mengabtraksi, yaitu cara orang berfntasi dengan mengabtraksikan beberapa bagian, sehingga ada bagian-bagian yang dihilangkan. Misalnya anak yang belum pernah melihat gurun pasir, maka untuk menjelaskan dipakailah bahan apersepsi yaitu lapangan.
v Fantasi yang mendeterminasi, yaitu cara orang berfantasi dengan cara mendeterminasi terlebih dahulu. Misalnya anak belum pernah lihat harimau. Yang telah mereka kenal kucing, maka kucing dipergunakan sebagai bahan apresiasi untuk memberikan pengertian mengenai harimau. Dalam berantasi harimau, dalam bayangannya seperti kucing, tetapi besar.
v Fantasi yang mengkombinasi,yaitu cara orang berfantasi dimana orang mengkombinasikan pengertian-pengertian atau bayangan-bayangan yang ada pada individu bersangakutan. Berfantasi tentang ikan duyung, yaitu kepalanya kepala seorang wanita, tapi badannya badan ikan. Jadi ada kombinasi anatara badan manusia dengan badan ikan.
Fantasi kombinasi inilah yang banyak digunakan orang. Misalnya ingin membuat rumah dengan mengkombinasikan rumah model eropa dengan atap model minangkabau.
ILLUSI dan HALUSINASI
halusinasi adalah suatu persepsi sensori yang salah tanpa rangsangan dari luar yang sebenarnya, mungkin karena gangguan emosi atau stress (reaksi histerik, deprivasi sensorik), psikosa fungsional atau keracunan (obat, alkohol, halusinogen) dan dapat terjadi pada setiap indra.
Tapi yang sering terjadi adalah halusinasi auditorik (pendengaran) dan halusinasi Visual (penglihatan), halusinasi auditorik lebih sering terjadi karena adanya gangguan jiwa, sedangkan halusinasi visual biasanya terjadi karena pengaruh zat halusinogen seperti alkohol, narkoba dan perubahan molekuler neuron otak.
Ilusi adalah sebuah kondisi mempersepsikan berbeda terhadap sebuah obyek, sebagai contoh mengapa ketika anda melihat sebuah permainan sulap sebenarnya anda sedang mengalami ilusi, pesulap melakukan tehnik membuat sebuah obyek dipersepsi berbeda oleh seseorang. Dedy Corbuizer menyebut dirinya sebagai seorang Mentalis Illusionis, David Coperfield menganggap dirinya sebagai seorang Ilusionis sejati bukan seorang Halusionis.
Ada yang beranggapan bahwa ilusi terjadi karena ada rangsang sedangkan halusinasi terjadi tanpa ada rangsang, dengan pendapat ini tentu untuk orang awam pengertiannya menjadi sulit dicerna meskipun sebenarnya maksud atau pengertiannnya benar, untuk menyederhanakan arti maka halusinasi adalah merasa melihat obyek tanpa benar - benar ada obyek.
Tapi yang sering terjadi adalah halusinasi auditorik (pendengaran) dan halusinasi Visual (penglihatan), halusinasi auditorik lebih sering terjadi karena adanya gangguan jiwa, sedangkan halusinasi visual biasanya terjadi karena pengaruh zat halusinogen seperti alkohol, narkoba dan perubahan molekuler neuron otak.
Ilusi adalah sebuah kondisi mempersepsikan berbeda terhadap sebuah obyek, sebagai contoh mengapa ketika anda melihat sebuah permainan sulap sebenarnya anda sedang mengalami ilusi, pesulap melakukan tehnik membuat sebuah obyek dipersepsi berbeda oleh seseorang. Dedy Corbuizer menyebut dirinya sebagai seorang Mentalis Illusionis, David Coperfield menganggap dirinya sebagai seorang Ilusionis sejati bukan seorang Halusionis.
Ada yang beranggapan bahwa ilusi terjadi karena ada rangsang sedangkan halusinasi terjadi tanpa ada rangsang, dengan pendapat ini tentu untuk orang awam pengertiannya menjadi sulit dicerna meskipun sebenarnya maksud atau pengertiannnya benar, untuk menyederhanakan arti maka halusinasi adalah merasa melihat obyek tanpa benar - benar ada obyek.
Contoh : Seorang klien berusia 35 tahun bernama Tn M merasa mendengar bisikan - bisikan yang mengatakan "kamu jelek, kamu jahat, kamu gak bisa apa - apa", ketika di evaluasi di lingkungan tidak ada saksi yang mendukung bahwa mereka mendengar suara seperti yang didengar Tn. M.
Sedangkan Ilusi terjadi ketika anda melihat sebuah sendok dibengkokkan, sendok tersebut tidak benar - benar bengkok tetapi oleh sang magician kita di ilusikan sehingga melihat sendok tersebut menjadi bengkok. Tenik ilusi ini yang membuat segala hal mustahil menjadi masuk akal. Bagaimana dengan orang yang melihat hantu? ada dua versi yang muncul, dia memiliki indra ke enam atau dia berhalusinasi. Untuk mengukurnya maka jika dia merasa memiliki indra ke enam maka orang dengan kemampuan indra ke enam pula dapat melihat sama persis dengan orang yang mengatakan melihat hantu, dikatakan halusinasi jika hanya dia yang melihat hantu dan orang yang memiliki indra keenam tidak menemukan dan tidak melihatapa - apa.
Halusinasi dan ilusi maupun melihat hantu bisa diukur dan dievaluasi, sehingga akan sangat mudah membedakan mana ilusi, mana halusinasi, mana yang memiliki indra ke enam. Dengan mengetahui perbedaan 3 fenomena tersebut maka kita lebih mudah mendeteksi apakah seseorang tersebut mengalami halusinasi atau memang dia seorang paranormal. Seorang paranormal yang merasa melihat hantu akan didukung oleh paranormal lain yang juga melihat hantu, sedangkan seorang penderita halusinasi hanya dia yang melihat hantu sedangkan paranormal atau orang dengan indra ke enam tidak merasakan dan melihat apa - apa. Jika menderita halusinasi maka harus diterapi seperti penderita halusinasilainnya.
Sedangkan Ilusi terjadi ketika anda melihat sebuah sendok dibengkokkan, sendok tersebut tidak benar - benar bengkok tetapi oleh sang magician kita di ilusikan sehingga melihat sendok tersebut menjadi bengkok. Tenik ilusi ini yang membuat segala hal mustahil menjadi masuk akal. Bagaimana dengan orang yang melihat hantu? ada dua versi yang muncul, dia memiliki indra ke enam atau dia berhalusinasi. Untuk mengukurnya maka jika dia merasa memiliki indra ke enam maka orang dengan kemampuan indra ke enam pula dapat melihat sama persis dengan orang yang mengatakan melihat hantu, dikatakan halusinasi jika hanya dia yang melihat hantu dan orang yang memiliki indra keenam tidak menemukan dan tidak melihatapa - apa.
Halusinasi dan ilusi maupun melihat hantu bisa diukur dan dievaluasi, sehingga akan sangat mudah membedakan mana ilusi, mana halusinasi, mana yang memiliki indra ke enam. Dengan mengetahui perbedaan 3 fenomena tersebut maka kita lebih mudah mendeteksi apakah seseorang tersebut mengalami halusinasi atau memang dia seorang paranormal. Seorang paranormal yang merasa melihat hantu akan didukung oleh paranormal lain yang juga melihat hantu, sedangkan seorang penderita halusinasi hanya dia yang melihat hantu sedangkan paranormal atau orang dengan indra ke enam tidak merasakan dan melihat apa - apa. Jika menderita halusinasi maka harus diterapi seperti penderita halusinasilainnya.
Orang dapat mengamati atau dapat mempersepsi suatu atas dasar stimulus yang diterima. Dalam memberikan interpretasi atau dalam mengartikan stimulus itu individu kadang-kadang mengalami kesalahan. Kesalahan dalam memberikan arti terhadap stimulus yang diterima disebut illusi. Jadi Illusi merupakan kesalahan individu dalam memberikan interpretasi atau arti terhadap stimulus yang diterimanya. Misalnya tonggak dikira sebagai orang yang sedang berdiri. Jadi disini terdapat kesalahan objek yang menimbulkan stimulus, dan stimulus itu diartikan sebagai orang yang sedang berdiri.
Ilusi terjadi karena adanya kebiasaan dan dapat juga karena adanya kesiapan psikologis (mental set) dari individu.
MEMORI (ingatan)
Memori adalah kekuatan jiwa untuk menerima, menyimpan dan mereproduksikan kesan-kesan. Jadi ada 3 unsur dalam perbuatan ingatan, ialah : menerima kesan-kesan, menyimpan, dan mereproduksikan. Contoh: ingatan ketika jatuh, ingatan ketika mempelajari suatu buku.
Kohnsatam mengatakan bahawa ingatan adalah semacam jiwa yang berhubungan didalam suatu waktu. Sedangkan Stern menyatakan bahwa ingatan sebagai hubungan masa lampau. Proses ini menurut Bast terjadi karena informasi yang kita terima sebelum masuk dan diproses oleh subsistem akal pendek terlebih dahulu disimpan sesaat atau tepatnya melewati tempat penyimpanan sementaradalam subsistem penyimpanan pada syarat penerima informasi yang disebut sensory memory alias memory register. Dalam dunia kedokteran subsistem ini lazim disebut saraf sensorik yang berfungsi mengirimkan implus-implus ke otak.
Ada banyak klasifikasi ingatan berdasarkan durasi, alam, dan pengambilan sesuatu yang diinginkan. Pada dasarnya ingatan dapat dibagi pada dua kategori yaitu ingatan eksplisit dan implisit.
BERPIKIR
Sebagaimana kita maklumi, bahwa berfikir bahwa berpikir tidak dapat dibatasi oleh ruang dan waktu. Ia bisa saja memikirkan masalah-masalah yang muncul dari situasi dan kondisi masa kini, masa lampau ataupun masalah-masalah yang akan datang. Dalam proses berpikir itu, sebenarnya orang tidak akan diam atau pasif, tapi jiwanya aktif untuk mencari penyelesaian masalah. Untuk itu proses berpikir lebih tepat jika dikatakan bersifat dinamis, bukan statis atau pasif dan mekanitis sebagaimana sering dipersepsikan orang. Pendapat bahwa berpikir sebagai proses memecahkan suatu masalah atau problem solving merupakan pendapat psikologi modern.
Pada hakikatnya berpikir merupakan hasil dari transfer of training atu latihan yang dilakukan terus-menerus tentang suatu masalah sehingga kerangka logis dan kebiasaan kerja kerasnya dalam berpikir akan berakibat pada kemajuan berpikir untuk bidang lain. Misalnya seseorang anak yang cerdas dibidang ilmu pasti biasanya memiliki prestasi yang baik juga dalam ilmu bahasa. Hal ini mengandung arti bahwa kecerdasan atau prestasi ilmu tersebut merupakan kemampuan yang dapat ditransfer dalam kemampuan prestasi bahasa dan akhirnya bisa ditransfer kebidang-bidang lainnya.
Adapun bentuk-bentuk berpikir bisa dibagi dalam beberapa bentuk berikut :
1. Berpikir dengan pengalaman (rountine thinking). Dalam bentuk ini seseorang lebih banyak bergerak atau giat menghimpun pengalaman-pengalaman. Jika dihubungkan dengan berpikir sebagai proses pemecah masalah, maka proses pemecah masalah itu didasarkan pada berbagai macam pengalaman yang pernah dialami pada masa lalu. Atau didasarkan pada hasil pengalaman orang lain mengenai bagaimana memecahkan suatu masalah.
2. Berpikir Representatif. Bentuik ini sangat bergantun g ;pada ingatan-ingatan dan tanggapan-tanggapan saja.Tanggapan-tanggapan beserta ingatan-ingatan itu digunakan sebagai himpunan cara-cara pemecahan masalah yang dihadapi.
3. Berpikir kreatif. Bentuk ini menekankan mengenai pentingnya menghasilkan penemuan-penemuan baru.
4. Berpikir Reproduktif. Dalam bentuk ini kita tidak akan menemukan hal baru, tetapi hanya sekedar memikirkan kembali dan mencocokan dengan sesuatu yang telah dipikirkan sebelumnya.
5. Berpikir Rasional. Untuk menghadapi suatu situasi dan memecahkan masalah, maka digunakan cara berpikir logis.
PERASAAN DAN EMOSI
Perasaan termasuk gejala jiwa yang dimiliki oleh semua orang, hanya corak dan tingkahnya yang tidak sama. Perasaan tidak termasuk gejala mengenal, walau demikian sering juga perasaan berhubungan dengan gejala mengenal. Jadi perasaan adalah suatu keadaan kerohanian atau peristiwa kejiwaan yang kita alami dengan senang atau tidak senang dalam hubungan dengan peristiwamengenal dan bersifat subjektif. Jadi unsure-unsur perasaan ialah :
1. Bersifat subyektif daripada gejala mengenal
2. Bersangkut paut dengan gejala mengenal
3. Perasaa dialami sebagai rasa senang atau tidak senang, yang tingkatannya tidak sama
Perasaan lebih erat hubungannya dengan pribadi seseorang dan berhubungan pula dengan gejala-gejala jiwa lain. Oleh sebab itu tanggapan perasaan seseorang terhadap sesuatu tidak sama dengan tanggapan perasaan orang lain, terhadap hal yang sama.
Misalnya : Ada 2 orang bersama-sama menyaksikan suatu lukisan. Seorang diantaranya menanggapi lukisan tersebut dengan senang dan kagum, singkatnya dia menilai bahwa lukisan itu “bagus”, seorang menanggapi lukisan tersebut dengan acuh tak acuh, tampaknya lukisn tersebut tidak menarik perhatiannya.
Gejala perasaan kita tergantung pada :
1. Keadaan jasmani, misalnya badan kita dalam keadaan sakit, perasaan kita lebih mudah tersinggung daripada kalau badan kita dalam keadaan sehat dan segar
2. Pembawaan, ada orang yang mempunyai pembawaan berperasaan halus, sebaliknya ada pula yang kebal perasaannya
3. Perasaan seseorang berkembang sejak ia mengalami sesuatu. Karena itu mudah dimengerti bahwa keadaan yang pernah mempengaruhinya dapat memberikan corak dalam perkembangan perasaannya. Maka selain factor yang mempengaruhi perasaan seperti tersebut diatas masih banyak hal-hal lain yang dapat mempengaruhi perasaan manusia, misalnya keadaan keluarga, jabatan, pergaulan sehari-hari, cita-cita hidup dan sebagainya. Dalam kehidupan modern banyaklah bermacam-macam alat yang dipergunakan untuk memperkaya rangsang emosi seperti : televise, radio, film, gambar,dll.
Mengenai emosi Chaplin berpendapat bahwa definisi mengenai emosi cukup bervariasiyang dikemukakan oleh para ahli psikologidari berbagai orientasi. Namun demikian dapat dikemukakan atas general agreement bahwa Emosi merupakan reaksi yang kompleks yang mengandung aktivitas dengan derajat yang tinggi dan adanya perubahan dalam kejasmanian serta berkaitan dengn perasaan yang kuat. Karena itu emosi lebih intens daripada perasaan, dan sering terjadi perubahan prilaku, hubungan dengan lingkungan kadang-kadang terganggu. Tetapi ada juga yang mengatakan bahwa Emosi merupakan keadaan yang ditimbulkan oleh situasi tertentu (khusus), dan emosi cenderung terjadi dalam kaitannya dengan perilaku yang mengarah atau menyingkiri terhadap sesuatu, dan perilaku tersebut pada umumnya disertai adanya ekspresi kejasmanian, sehingga orang lain dapat mengetahui bahwa seseorang sedang mengalami emosi.
Emosi pada umumnya berlangsung dalam waktu yang relative singkat, sehingga emosi berbeda dengan mood. Mood atau suasana hati berlangsung dalam wakti yang relative lebih lama daripada emosi, tetapi intensitasnya kurang disbandingkan dengn emosi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ahmadi.A,H.Drs. 1998. Psikologo Umum. RINEKA CIPTA: Jakarta
2. Bimo Walgito,Dr.prof. 1974. Pengantar Psikologi Umum. ANDI: Yogyakarta
3. Agus Sujanto,Drs. 2004. Psikologi Umum. BUMI AKSARA: Jakarta
4. www.lintasberita.com
BAB III
KESIMPULAN
filsafat dakwah terutama mengkaji status dakwah dalam sistem ajaran Islam,apa tugas kekhalifahan manusia, bagaimana perwujudan masyarakat adil makmur yang diridhai Allah, apakah tujuan dakwah.Sedangkan dalam kedudukan sebagai bagian dari filsafat Islam, filsafatdakwah terutama mengkaji persoalan-persoalan filsafati yang menjadi bagian darikajian filsafat islam khusus yang berkaitan dengan persoalan-persoalan yang timbulsebagai akibat atau yang berasal dari dinamika dan proses dakwah. Ia mengkaji alasan manusia memerlukan agama, mengapa agama perlu didakwahkan, apa tujuan akhir dakwah dan persoalan-persoalan etika dakwah serta rasinalisasi hal-hal yang timbuldari dakwah.Dalam kaitan itu, maka filsafat dakwah dapat diberi pengerian sebagai kajianislam yang mendalam tentang status tujan dan hakikat dakwah. Filsafat dawahmendikusikan persoalan-persoalan mendasar yang timbul dari peroses dakwah, untuk ditemukan jawaban yang mendalam dari berbagai persoalan filsafati dalam bidangdakwah. Pembahasan filsafat dakwah bukanlah semata-semata mengenai materi pesandalam dakwah yang didekati sacara filosofis, melainkan berkaitan dengan keutuhandakwah sebagai substansi kegiatan orang yang beriman yang menjadi dasar pertumbuhan dan kelahiran ilmu dakwahObyek material filsafat dakwah dengan ilmu-ilmu sosial. Prilaku keislamanadalah ruang persentuhan obyek material ilmu dakwah dengan ilmu-ilmu keislaman.Sedangkan prilaku teknologis adalah ruang persentuahan obyek material ilmu dakwahdengan penerapan teknologi untuk kesejahteraan manusia (seperti teknologikomunikasi).Obyek forma filsafat dakwah pada dasarnya menunjuk pada denotasi termadakwah. filsafat dakwah adalah kumpulan pengetahuan yang membahas masalah dansegala hal yang timbul atau mengemuka dalam interaksi antar unsur dari sistemdakwah agar diperoleh pengetahuan yang tepat dan benar mengenai kenyataan dakwah.
DiPosting Oleh : pakbendot.com ~ Pakbendot.com
Artikel Makalah Hubungan Ilmu Dakwah Dan Filsafat ini diposting oleh pakbendot.com pada hari Selasa, 29 Mei 2012. Terimakasih atas kunjungan Anda, serta kesediaan Anda membaca artikel ini. Kritik dan saran dapat anda sampaikan melalui kotak komentar.Wassalam..